Ibuku Resign!



Aku mendegar percakapan serius Bapak dan Ibu sore itu. Diskusi panjang. Membuatku tak memahaminya. Yang kutangkap jelas hanyalah satu hal. Ibuku akan resign. Iya, dari obrolan serius kedua orang tuaku, ternyata Bapak meminta Ibu keluar dari pekerjaannya; sebagai pegawai negeri sipil. 

“Keluar aja, biar nggak capek pergi pagi, pulang sore setiap hari; kecuali ahad.” Ucap Bapak terus membujuk Ibu.

Eman-eman, sepuluh tahun lagi pensiun. Nunggu aja, biar dapat gaji pensiun tiap bulan.” Kudengar suara Ibu menapik kalimat Bapak.

“Sepuluh tahun tuh masih lama banget. Mending sampean bantu aku buat gedein toko bangunan aja. Jadi fokus di sana.” 

Diskusi panjang itu terus berlanjut. Aku,  remaja dua belas tahun saat itu, tak pernah mengerti obrolan orang dewasa. Selalu berat dan tak mudah untuk dimengerti. 

Yang jelas, aku sangat senang dengan keputusan Bapak, Ibu harus resign! 
Sebagai abg (anak baru gede) tentu sangat menyenangkan saat pulang sekolah ada sosok Ibu di rumah. Bisa cerita panjang lebar mengenai setiap momen menyenangkan di sekolah. Yang hal tersebut tidak kudapatkan saat diriku duduk di bangku tk dan sd; lantaran ibu selalu pulang sore, dengan badan dengan kelelahan.

Beberapa bulan setelah kabar itu, rupanya Ibu tak diizinkan resign dari kantor. Bos Ibu hanya memberi pilihan untuk pindah dinas di puskesmas; yang lebih santai katanya. Hhmmm… it’s okay. Setidaknya aku tak akan sendirian di rumah, saat pulang sekolah. 

Lima tahun berlalu. Hari-hari berjalan seperti biasa. Meski jarang pulang karena sekolahku berasrama; di Kabupaten Magelang, aku selalu senang. Ibu punya waktu lebih untukku dan adik. Sebab, Ibu bekerja di puskesmas; sehingga pulang selepas dzuhur. 

Dan kabar baik kembali kudengar. Ibu resmi mendapat izin pensiun dini. Artinya ibu udah nggak kerja lagi. Yesss… senangnya diri ini. Bahagia bukan main mendengar berita itu. 

Anganku terbang melayang. Membayangkan bisa menghabiskan waktu bersama Ibu lebih sering dari biasanya. 
Hari-hari Ibu kini tak lagi diburu waktu. Tak perlu terburu-buru berangkat pagi dengan seragam coklat kehijauan khas pns. Tak ada lagi lembur bikin laporan sampai tengah malam atau pulang menjelang pukul sepuluh malam, karena akreditasi kantor. Aaahhh… menyenangkan sekali. Alhamdulillah ya Allah. 

Awal-awal ritme santai, Ibu terlihat senang. Tampak dari raut muka yang mulai keriput, tak lagi terlihat beban berat di wajahnya. Kini tak pernah juga kudengar keluhan Ibu pusing; seperti dahulu saat bekerja.

Namun berjalan beberapa pekan setelahnya, Ibu mulai tampak bosan. Sebagai sosok wanita yang terbiasa dengan ritme penuh aktivitas dalam seharian, membuat Ibu tak kuasa duduk diam dirumah saja. Tak betah lama-lama hanya beraktivitas di dalam rumah. Mulai muncul juga pusing kepala dan sakit ringan lain dalam diri Ibu.

Ibu kembali pada kesibukan sosialnya. Mengurus koperasi milik salimah (persaudaraan mulimah), mengaktifkan rukun kematian di perumahan, juga aktivitas baru Ibu di catering Yayasan Pendidikan Robbani. 

Terlihat asik sekali, Ibu sampai lupa anak-anak dirumah. Rupanya Ibu makin sibuk setelah pensiun. Bahkan kabarnya, Ibu diminta menjadi kepala catering di yayasan yang menaungi TK IT sampai SMP IT Robbani dengan total murid lebih dari 800 orang. 

Namun anehnya, Ibu terlihat sangat menikmati aktivitas tersebut. Semakin larut dan terlihat bahagia setiap harinya.  Beberapa bulan setelahnya, aku baru tahu, sebuah sebab besar dibalik bahagianya Ibu saat sibuk. 

Alasan kuat yang menjadi sebab Ibu sakit saat tak ada yang bisa dikerjakan, adalah karena Ibuku seseorang dengan bakat achiever . Ya, selang setahun kejadian itu, Bapak meminta Ibu untuk ikut mengisi asesmen talents mapping. Alat bantu untuk mengenali diri dan bakat.

Terungkap sudah misteri selama ini. 
Sebagai orang dengan bakat achiever, Ibu tak mungkin diam tanpa aktivitas padat. Tipe orang dengan bakat tersebut, tak tahan hanya dengan sedikit aktivitas. Bahkan ia bisa sakit bila tak ada kegiatan yang bisa dikerjakan. Sebaliknya, ia akan semakin bahagia bila hari-harinya dipenuhi dengan target penuh yang tercapai. Ia akan semakin tertantang dan happy dengan hal tersebut. 

Ah ya. Hal tersebut membuat kami; suami dan anak-anak Ibu mendukung setiap project yang Ibu kerjakan. Termasuk penjualan air gallon merk Oxyro yang Ibu cetuskan untuk Yayasan Robbani (buat yang di Kendal, beli ya). “Biar yayasan bisa beli tanah untuk bikin SMA IT Robbani”. Ucap Ibu tempo hari sambil senyum merakah.

Semakin bahagialah kami; Bapak, Ibu, dan anak-anak. Karena telah memahami kekuatan dan keterbatasan masing-masing, sehingga saling memaklumi dan mendukung. Alhamdulillah. Terimakasih Abah Rama Royani, founder talents mapping. Dengan wasilah yang Abah temukan membuat kami dan ratusan ribu orang lainnya semakin paham dan menghargai satu sama lain.

Buat temen temen, yang mau hubungan dengan keluarga dan kerabat semakin harmonis, rekomendasi banget buat pake tools ini. Selain lengkap, juga terpampang jelas kelebihan dan keterbatasan setiap indidu. Serunya lagi ada anjuran aktivitas yang perlu dikerjakan dan dijauhi, ada skor di setiap potensi kita. Kerennya, nggak ada judge diri sama sekali. 

Anjuran banget pokoknya. Buat temen temen pelajar, mahasiswa, pekerja, pasangan suami istri, ataupun para pensiunan. Untuk semua kalangan cocok banget. Hubungi aku ya untuk info lebih lanjut. 

Menjelang maghrib. 17.50
Ditulis setelah perjalanan dari kampus Maestro School of Technopreneur Parung, di Masjid Grand Cimandala, Kabupaten Bogor.
Follow me on social media
Ig : @hananselma18
Fb : Hanan Wijdan Amalia Selma
Blog : www.trainermudaaddres.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Aqil Baligh (oleh Ustadz Adriano Rusfi)

Sudah Berlayar 2 Tahun dan Akan Selamanya Hingga ke Surga Insyaallah

Mulai Dari Mana?