Berkah Pagi Itu

Waktu berlalu begitu cepat. Kulirik jam dinding menunjukkan pukul delapan. Rupanya perkiraanku melesat jauh. Kupikir beres-beres dan berbenah setelah subuh mampu membuatku tidak terlambat berangkat ke kampus pagi ini. 

Ya, semalem info di grup disampaikan bahwa kami harus sampai di kampus pukul 08.30 WIB. Saat sadar waktu masuk kelas tak lama lagi, aku lari terbirit-birit ke luar kos.

Langit terlihat mendung pagi ini. Namun tak menyurutkan semangatku menuju kampus berjarak 29 km atau dengan jarak tempuh satu jam menggunakan motor. 

Jalanan Jakarta pagi ini nampaknya tak begitu padat. Maklum, arah tujuanku Parung, Bogor. Berlawanan dengan orang pada umumnya; menuju Jakarta. 

Tak heran bila kecepatan 60 km/jam bisa kutempuh untuk mengejar waktu yang tiggal sedikit itu. Angin lembut membasuh kulit ini. Terasa menyejukkan. Nyaman sekali mengendarai motor seperti saat itu. Tanpa macet, kulitpun tak tersengat matahari. 

Kupicingkan mata. Terlihat UIN Syarif Hidayatullah diseberang. Namun bukan tempat tersebut tujuanku. Hanya lewat saja. Tiba-tiba rintik gerimis membasahi jalanan. Semakin lama semakin deras. Kuputuskan untuk menepi dan memakai jas hujan. 

Air turun semakin deras. Mengguyur jalan aspal yang semakin licin. Kututup kaca helm. Ya, bagiku waktu hujan deras ditengah jalan saat mengendarai motor adalah me time ku. Me time sebenar benarnya. Waktu untuk talk to my self. Tak ada yang mendengar selain Allah. 

Seolah berbicara dengan seseorang, telinga ini menyimak dengan jelas setiap kalimat yang terucap dari bibir. Diskusi dengan diri sendiri lebih tepatnya. 

Ditengah derasnya hujan dan terpaan angin, konsentrasiku hanya terpecah pada dua hal. Kendali motor dan ucapan lisan ini.

Ah... Aku teringat bahwa hujan adalah waktu mustajab. Maka kupanjatkan doa-doa saat itu. Disambung dzikir pendek yang mampu kuucap. Kalimat ini tak henti hentinya berkomat-kamit. Terus meminta dan merajuk pada Nya.

Ah ya… Bukankah Allah senang ketika hambanya meminta. Bukankah Allah malu bila hambanya meminta namun tak dikabulkan. Ya, ini kesempatan besar! 
Semakin semangatlah diri ini. Terus berucap dengan kalimat permintaan yang kunjung habis.

Ingatanku tentang sebuah video pendek Ustadz Oemar Mita datang kembali,  “lima perkara mengenai akhirat yang harus diminta saat berdoa. Yakni minta didekatkan dengan surga dijauhkan dari neraka, mati dalam keadan khusnul khotimah, memohon agar selalu istiqomah, diampuni segala dosa-dosa, dan berharap hidayah; karena hanya dengan hidayahlah kita bisa maguk surga.” Ucap beliau di video tersebut.

Karena kita tahu dunia ini sementara akhirat selamanya. 

Teringat pula nasehat Ustadz Nasrullah; pencetus magnet rezeki. Cara menitip doa terbaik adalah dengan mendoakan orang lain. Mengapa? Karena saat kita mendokan orang lan maka malaikat akan mengaminkan doa tersebut untuk kita. Keren bukan? Didoakan dengan makhluk suci tanpa dosa. 

Ya, pagi itu perjalanan Jakarta-Bogor terasa begitu nikmat. Guyuran hujan deras membuatku semakin yakin, bahwa ini kesempatan emas untuk berdoa dan merayu pada Nya, Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Sungguh hujan deras membawa berkah, menjadikanku berdoa dan mengingat Nya. Hingga tak terasa air mata membasahi pipi ini. Ya Rabbi, terimakasih atas segala nikmat Mu ini.

Semoga kita semua adalah sosok yang senantiasa berdoa tanpa putus asa, semoga Allah kabulkan doa teman-teman.

Ditulis dihari Selasa, 7 Januari 2020. Di Bokka Coffie Cimandala. Diedit kembali hari Selasa, 14 Januari 2019 di Kost Mufidah, Jl. Bangka V, Jakarta Selatan.

Follow me on Sosial Media:
Facebook  : Hanan Wijdan Amalia Selma
Intagram   : @hananselma18
www.trainermudaaddress.blogspot.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Aqil Baligh (oleh Ustadz Adriano Rusfi)

Sudah Berlayar 2 Tahun dan Akan Selamanya Hingga ke Surga Insyaallah

Mulai Dari Mana?