Antara Aku dan Abang Gojek
Malam itu, sebuah pesan singkat masuk ke hp ku, "Selma, karena besok jam sepuluh saya ada agenda lain, kuliahnya kita majukan jadi jam delapan pagi ya. Tempat seperti biasa" Rupanya pesan whatsapp dari Pak Jonih Rahmat, penulis delapan buku yang semua bukunya diterbitkan oleh penerbit gramedia dan empat diantaranya best seller.
"Siap pak, Insyaallah" Ucapku singkat sembari berpikir, harus berangkat jam berapa ya aku ? Normalnya perjalanan menuju Sekolah Alam Ciomas (Sekolah yang didirikan Pak Jonih) menggunakan kendaraan umum memakan waktu 2,5 jam. Artinya aku harus berangkat dari RQ (rumah qur'an); tempat aku tinggal jam 05.30. Hmmm... Cukup pagi ya. batin ku
Esoknya drama mengejar waktu dimulai. Diriku yang belum terbiasa berangkat ketika pagi buta membuat harus berlari pontang panting antara mengerjakan kewajiban rumah qur'an dan janji dengan Pak Jonih. Dimulai dari ritual ibadah, beberes, setoran hafalan, hingga bersiap diri membuatku cukup terengah engah dibuatnya.
06.30 Alhamdulillah sampai di stasiun Duren Kalibata. Kucari tempat duduk kosong untuk ditempati, sembari istirahat sejenak. Kuperhatikan setiap detil pemandangan pagi ini. Terasa begitu sibuk dan padat, hiruk piruk kota metropolitan yang menghiasi pemandangan setiap pagi, juga kereta daerah yang kami sebut krl berlaju dengan cepat. Sudah sejak lima belas menit yang lalu kereta arah Jakarta telah melintas beberapa kali, namun kereta arah Bogor tak jua datang. Waktu berlalu begitu cepat. Beberapa menit yang lalu aku keluar rumah ketika hari masih gelap, tapi kini matahari telah bersinar terang.
Kubuka benda persegi panjang ajaib yang hampir setiap orang memilikinya, yakni smartphone. Secara tak sengaja kusentuh status whatsapp seseorang, yang bertuliskan perkataan ustadz Oemar Mita "Ada tiga amalan yang hampir tidak mampu ditampung timbangan kebaikan karena beratnya amal tersebut yakni pahala puasa, sabar, dan memaafkan orang yang mendzaliminya."
Kurenungkan kalimat tersebut sambil berucap dalam hati. Pantaslah begitu berat amal timbangan tersebut karena memang tak mudah untuk selalu bersabar apapun kondisinya. Seperti sekarang, aku bersama krl yang kunantikan. Sepertinya Allah sedang memintaku belajar bersabar, dan benar beberapa menit setelahnya krl tujuan bogor tiba.
Sudah jam tujuh lebih, aku turun di stasiun cilebut dengan maksud mengambil motor ku di rumah tante. Selanjutnya perjalanan kutempuh dengan angkot dan jalan kaki, memaksaku untuk berolahraga hingga peluh keringat bercucuran cukup deras. Sesampainya di rumah tante, kuketuk daun pintu beberapa kali, tak ada tanda tanda kehidupan didalamnya, rupanya semua penghuni rumah telah bepergian.
Sontak setelahnya aku baru ingat, aku belum beri kabar pada tante kalau mau ambil motor di pagi hari. Terpaksalah kubukalah aplikasi gojek karena pukul depalapan tak kan lama lagi dan aku harus sampai tepat waktu.
Begitu pesan gojek, dapet driver yang terlalu jauh jaraknya dan lama. Kuputuskan untuk cancel. Pesan lagi, dapet driver yang jauh lagi. Begitu terus hingga tiga kali. Sepertinya aku harus ke jalan raya. Kali ini melangkah dan berjalan sejauh tujuh ratus meter dengan jalan menanjak tinggi.
Tak lama setelahnya kembali kupesan. Dan tibalah Abang gojek. Terlihat begitu semangat menjemput rezeki. Meski tak jarang rambut putih menghiasi kepala beliau, tapi tubuhnya masih kuat ditandakan dengan keterangan seratus trip perpekan dalam profil beliau. Cukup banyak.
Aku mulai was was, oleh sebab tak bisa menepati janji dengan Pak Jonih untuk datang tepat waktu. Setiap beberapa menit sekali kulirik jam tangan yang begitu cepat berputar meski rasanya tak jua sampai ditempat tujuan.
Biar lebih mantap kubuka google maps di handphone ku. Kuperhatikan setiap jalan yang ditempuh supaya memastikan jalan yang kami lalui benar, rupanya ada beberapa belokan yang dilewatkan si Abang gojek.
Ah.. mungkin Abangnya hafal pintasan yang lebih deket, pikirku berusaha berbaik sangka.
Tak lama setelahnya lagi lagi si Abang melewatkan belokan yang seharusnya kami lewati, yang dengan jalan tersebut seharusnya kami sudah hampir sampai.
“Wah mulai nggak beres nih.” Ucapku dalam hati. Harus diberitahu berarti.
Setelahnya kuberitahu pada si Abang, "habis ini belok kiri yang bang" ucapku kencang sambil menunjuk tangan ke kiri.
Makin dag dig dug lah diriku. Karena aku telah benar benar telat! Ditambah ucapan permintaan ku untuk belok tak juga diikuti si Abang.
Lah gimana ini ? Kok nggak ngikutin maps dan perkataan ku? Ucapku mulai kesal. Kutarik nafas dalam, cara adalan ketika mulai kesal dan panik. Kuteringat kalimat singkat di status whatsapp tadi tentang sabar.
“Kuatin hamba ya Rabb. Berikan kesabaran dan kelapangan hati.” Ucapku berbisik meminta pada Allah. Kupejamkan mata dan kubayangkan betapa timbangan amal sabar begitu berat dan mampu menolong dari siksaan, bila timbangan amal kebaikan lebih berat dari timbangan amal buruk; tentunya atas izin dan rahmat dari Allah.
Alhamdulillah, angin sejuk mulai kurasakan dan hatiku menjadi tenang. Benar benar berbeda. Mulai tenang dan lebih mudah tersenyum.
Kuucapkan sekali lagi ke abang gojek dengan suara lebih kencang dari sebelumnya, "setelah ini belok ke kiri ya, jalan itu"
Akhirnya si abang mengarahkan motor ke kiri dan berbelok. Setelahnya kulihat google maps untuk memastikan bahwa jalan yang diambil benar benar sesuai tujuan.
Entah mengapa, maps meminta kami untuk putar arah, ah rupanya kami salah belokan. Bukan ini tapi belokan sebelumnya. Si abang pun terlihat membuka maps dan sspertinya ia menyadari bahwa kami salah jalan.
Sambil menggeleng kepala dengan kencang dan berkeluh kesah si Abang putar balik. Beliaupun memilih untuk berhenti ke pinggir jalan dan mengamati maps. Sembari terus berkeluh kesah dan menggelengkan kepala berkali kali.
Dalam hati, diriku berucap. “Bukankah seharusnya aku yang marah karena si Abang berkali kali melewatkan belokan yang seharusnya mempercepat malah makin lambat ? Bukan kah seharusnya aku sudah sampai sejak sepuluh menit yang lalu kalo nggak salah arah berkali kali? Dan bukan kah sudah sewajarnya tugas abang gojek memecahkan masalah dimana jalan yang tepat dan cepat dengan bantuan google maps yang pada umumnya diletakkan di atas spidometer seperti abang gojek lainnya sedangkan si abang gojek ini tidak. Bukan kah logikanya aku yang marah ? Kenapa jadi Abang ini yang kesal ?” Ucapku panjang dalam hati sambil terus menahan agar perasaan kesal mampu kuredam.
Alhamdulillah dengan izin Allah tepat pukul setengah sembilan aku sampai di lokasi dengan selamat. Alhamdulillah 'ala kulli hal. Apapun yang terjadi inilah takdir Allah. Mungkin si Abang lagi banyak masalah keluarga , masalah berat lainnya atau sedang kurang sehat, hingga terlihat berkeluh kesah berkali kali.
Entahlah. Aku tak ingin tau dan tak ingin menebak nebak. Yang ingin ku ingat hanya ucapan singkat di salah satu ceramah ustadz hanan attaki, beliau sempat berucap "bahwa tugas kita pada orang lain adalah berhusnudzon (berbaik sangka) kepada orang lain, dan senantiasa bermuhasabah (evaluasi diri) bagi diri sendiri. Karena menjaga hati dari prasangka buruk bukanlah perkara yang mudah"
Kamis, 5 Desember 2019
Perjalanan krl Bogor - Kalibata, dilanjutkan di masjid alhikmah mampang ditemani suara riuh anak anak mengaji sore.
Follow me on :
Instagram : @hananselma18
Facebook : hanan wijdan amalia selma
Komentar
Posting Komentar