Duka Pagi Ini
Aku selalu senang menanti kabar gembira teman teman yang menikah. Bahagia saat melihat foto pernikhan mereka engan senyum merekah. Itu pula yang kurasakan saat salah satu teman kami menikah. Bahagia sekali.
Pagi ini aku tak sngaja melihat status kawan ku yang baru saja menikah dua hari silam. Berharap ada foto atau kalimat bahagia darnya yang masih berbung Bungan dalam pernikahannya. Koneski internet ku yang buruk rupanya membuatku tak bisa membaca isi tulisan di whatsapp tersebut.
Ah.. Akamuin membuatku penasaran. Pikirku. Akhirnya akupun mendekatpada wifi dan Kembali membuka status temanku itu. Dan kamu tau, rupanya bukan kabar bahagia darinya, justru sebaliknya, kabar duka dari keluarganya. Bahwa ayah kandngungnya baru saja berpulang ke rahmatullah. Ayahnya baru saja dijempu malaian izrail ba’da shubuh tadi.
Aku tertegun. Antara percaya tak percaya, apakah itu ayahnya atau bukan. Akucek undangan digital di intagramnya, dan kutemukannama yang sama tertera pada pengumuman meninggal tadi. Dan benar, rupanya ayahnya benar benra telah berpulang pagi ini.
Ya Rabb.. Baru saja kebahagiaan menyelimuti sepasang pengantin itu. Namun kini kesedihan dan duka datang padanya. Tak terasa tetes mataku mengalir. Teringat bapak ku yang usianya tak lagi muda. Ah, egois sekali jika aku tak pernah mengucap rasa sayangku padanya. Egois sekali jika aku bermalas malasan sedang bapak di sana bekerja keras.
Ya Allah.. Air mat aini tak henti hentinya menangis. Bukan karena aku yang sudah sangat akrab pada temanku. Bahkan kami jarang bertatap muka secara langsung, hanya bertemu beberapa kali, disertai amanah serupa yang membuat kami satu agenda online. Tapui kesedihan itu terasa mendalam.
Jika direnungkan, memang Allah begitu adil terhadap hambanya. Ada yang menikah muda dan mendapat suami sholih, namun tak ama setelanya ayahanda dipanggil Allah, berpulang ke rahmatullah. Ada yang menikah diusia mendekati tia puluhan, namun ayahanda sehat, org tua bahagia, keluarga tercukupi. Ada yang berharap menikah muda dan terus berikhtiar, namun tak jua berhasil, tapi dibalik itu ada orang tua dan murobbi yang mendukung penuh dan membuat hubungan dengan keluarga semakin harmonis.
Hidup ini memanglah adil. Allah gariskan semuanya memang yang terbia. Tentulah yang paling tepat dan ada hikmmahnya. Turut beduke cita atas berpulangnya ahanda tsabita. Allahummagfirlahu warhamhu waafihi wa’fuanhu. Sempga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan kekuatan. Peluk jauh buat tsabita
Komentar
Posting Komentar