Hati-hati dengan pandangan

Aku ingat betul, enam tahun silam adalah pertama kalinya aku mendengar dua kata itu. Ghodhul bashor atau berarti menundukkan pandangan. Buat aku yang memang terbiasa berteman dengan siapapun, termasuk lawan jenis, ghodhul bashor atau menundukkan pandangan, menahan pandangan adalah suatu hal yang asing, aneh, dan tak biasa.

Rasanya aneh saja melihat orang jalan menunduk dan bicara dengan lawan jenis namun tak menatap ke arah lawan bicaranya. Benar-benar tak biasa bagiku. 

Tapi lingkungan sekolah dan semua penghuni asrama kami yang terbiasa dengan hal itu, membuatku tak lagi sulit membangun habit ghodhul bashor. Selalu melihat ke arah jalanan saat berpapasan dengan ikhwan atau lawan jenis. Ditambah lagi bicara antar dinding dengan lawan jenis jika memang darurat.

Ya ya... sejak saat itu aku memang mulai terbiasa dengan menundukkan pandangan. Dan terkadang aku sengaja melepas kaca mata minusku jika memang harus bercengkrama dengan kaum adam. Biar jadi manusia muka rata dan tak tertarik, alasan singkatku.

Alhamdulillah. Dan terbukti khasiatnya. Selama tiga tahun di sekolah berasrama dengan kebiasaan tersebut membuatku tak mengenal ikhwan sama sekali. Bahkan tak tertarik dengan seorangpun diantara mereka. Ya.. Jurus ghodhul bashor itu benar-benar manjur buatku. Ini jurus ajaib yang benar-benar menjauhkan diriku dari virus merah jambu (jatuh cinta).

Namun selepas sekolah berasrama di SMA kebiasaan menundukkan pandangan itu tak lagi semudah saat di SMA dulu. Lingkungan yang tak lagi homogen seperti dahulu membuatku harus berjuang lebih untuk mempertahankan habit itu. Tak mungkin juga rasanya bercengkrama tanpa melihat ke arah lawan bicara. Kalaupun bisa, kemungkinaan hanya mampu mengalihkan tatapan ke arah tembok di belakang lawan bicara. 

Pernah suatu ketika aku ditegur oleh seorang kawan lantaran tak menatap lawan bicara. Memang itulah tantangannya. Tak semua orang paham dengan hal ini. Hingga menganggap kitalah yang tak sopan dan tak menghormati.

Pada akhirnya aku sampai pada fase tak lagi selalu menundukkan pandangan. Lupa dan lalai. Dan akibatnya benar benar ku rasakan. Baca di sini👇

Hingga sampailah aku pada suatu strategi baru. Bahwa ghodhul bashor saja tak kan cukup. Perlu cara baru. Yakni: 
1. Basahi lisan dengan istighfar.
2. Selalu minta perlindungan dari Allah agar kita mampu menjaga hati.
3. Niatkan pertemuan dan perbincangan untuk mengharap ridho Allah. Apa yang kita lakukan hanya untuk ibadah kepada Nya.

Salah satu kalimat yang membuatku terus berlatih menundukkan pandangan adalah pesan Ustadz Hanan Attaki di sebuah video. “Jangankan kalian yang jomblo, kita aja yang udah nikah bisa tertarik kalo nggak jaga pandangan. Makanya tetep aja harus jaga pandangan.”

Hati-hatilah soal hhati. Karena setan punya seribu cara licik untuk menjatuhkan manusia kedalam kemungkaran

Baca hukum menjaga pandangan atau ghodhul bashor di sini👇

Semoga kita semua mampu menjaga pandangan dari suatu hal yang diharamkan oleh Nya. 

Saudarimu yang sedang belajar untuk menjadi sosok yang lebih baik.
@hananselma18

Selasa, 23 Juni 2020
Di tengah derasnya hujan malam hari. 
Bogor.
📷 unsplash

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Aqil Baligh (oleh Ustadz Adriano Rusfi)

Sudah Berlayar 2 Tahun dan Akan Selamanya Hingga ke Surga Insyaallah

Mulai Dari Mana?