Candu pada Lingkaran Cinta

 

Aku tak bisa mengelak, bahwa diriku telah mengalami candu. Atau jangan-jangan kecanduan akut? Aku candu pada lingkaran cinta itu. Kuakui bahwa aku tak hanya jatuh cinta, namun sudah kecanduan dengan lingkaran yang biasa disebut liqo. Lebih dari sepuluh tahun lingkaran itu telah menjadi bagian dari hidupku. Dan aku berharap bisa seterusnya hingga kapanpun ada dalam lingkaran cinta ini. Dibina, membina, dan saling menguatkan.


*****

18 Agustus 2018
Aku menangis pelan malam itu. Merasakan ada yang hilang dalam hidupku. Meski aku tinggal di pondok tahfizh, bersama para penghafal Al Quran lainnya, namun satu hal yang sudah lama tak menyapa kalbuku. Apa itu? Liqo, lingkaran cinta penuh makna.

Iya, aku layaknya itik kehilangan induk. Bingung, resah, dan tak nyaman. Lama tak berjumpa lingkaran itu membuat batinku terasa kosong. Kebiasaan yang ditanamkan orang tuaku sejak kelas 4 SD itu mendadak raib dalam hidupku. Lebih dari sepuluh tahun pejalanan hidup selalu diiringi lingkaran cinta atau liqo, namun sudah setengah tahun lingkaran itu tak menyapa kalbuku.

*****

Aku sempat putus liqo lebih dari enam bulan. Sedih, kalut, kosong. Lingkaran cinta itu sirna seketika dalam hidupku. Rupanya itulah salah satu kekesalan terbesar bapak. Satu hal besar yang disesali bapak. “Harusnya perkembangan liqomu bisa pesat. Tapi kok jadi kacau gini. Kalau bisa marah, bapak pengen marah ke lembaga tahfizh itu, karena liqo mu nggak diurus pihak pondok. Malah jadi putus begini.”

Akupun sepakat dengan ucapan bapak. Bagiku liqo tak hanya pertemuan singkat sepekan sekali. Lebih dari itu, ada cinta yang disemai, ada ukhuwah yang dirajut. Saling mengingatkan dalam kebaikan, bertukan pikiran, dan sama sama memikirkan dakwah. Tak hanya dibina, kami diminta terlibat menyelesaikan masalah ummat. Membuatku selalu merasa tertampar saat saat diingatkan persoalan ini. Betapa banyak masalah ummat, namun diri ini tak jua berkemas dan berlari menuju kebaikan, alias memanjakan hawa nafsu dalam kemageran.

Sejak SD bapak ibu telah mengenalkanku dengan lingkaran cinta itu. Aku ingat betul, setiap jumat siang selepas pulang sekolah kami anak-anak umi abi (sebutan anak para orang tua yang liqo hehhe) berkumpul membentuk lingkaran untuk bermain games dan mendengar cerita bu guru. Hanya bersepuluh. Asik sekali. Selepas SD aku baru tau bahwa itu yang disebut liqo.

Berlanjut di SMP, Di sekolah kami agenda liqo memang menjadi agenda wajib setiap jumat siang. Adem meski suasana semarang yang menyengat. Hati jadi adem selepas liqo. Ada diskusi seru Lingkaran itu membuatku merasakan ketenangan. Ditambah letuah menyejukkan dari muriobbi kami. Di penghujung SMP kami diminta liqo setiap hari ahad, katanya sih khusus anak kader. Aku tak tahu apa bedanya dengan liqo di sekolah, tapi di liqo ini kami lebih dilibatkan dalam agenda dakwah. Menyemarakkan kegiatan se-kota semarang, diperbantukan baksos ibu ibu, dan kampanye wkwk. Seru sekali.

Selepas SMP, bapak ibu memang memintaku sekolah di SMAIT. Tentu agar terbina. Dan benar saja, di sekolah kami liqo memang jadi suatu hal yang diwajibkan. Tak hanya diwajibkan, mulai kelas sebelas, beberapa diantara kami sudah diamanahkan untuk jadi kakak mentor. Alhamdulillah, aku belajar banyak hal dari membina adik adik, meksi aku masih jauh dari kata smepurna. DI kelas dua belas tarbiyah kami benar benar diperhatikan. Sepertinya ini jadi concern utama guru guru kami, terbikti dari pembinaan yang makin intens, keterlibatan kami dalam agenda dakwah, dan dimintanya kami berkomitmen pasca kelulusan SMA.

Dua puluh satu tahun hidupku memang benar benar terasa sejuknya tarbiyah. Aku benar benar merasakan indahnya ukhuwah dalam dakwah ini. Selalu ada saudara dimanapun berada, takk pernah merasa sendiri meski di tanah rantau. Selalu ada teman sefikroh yang terasa seperti sahabat lama, bahkan saudara.

Bimbing kami dalam jalan dakwah ini. Izinkan aku yang lemah ini untuk terus berproses dalam lingkaran cinta ini. Ana uhibbukunna fillah

Bogor, 18 Oktober 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendidikan Aqil Baligh (oleh Ustadz Adriano Rusfi)

Sudah Berlayar 2 Tahun dan Akan Selamanya Hingga ke Surga Insyaallah

Mulai Dari Mana?