Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Indahnya Kematian Guru Tahfidzku

Gambar
“Amma yatasa alun” Terdengar suara anak-anak melantunan ayat suci Al Quran.  Dengan irama khas yang tenang, ia setorkan hafalannya dihadapan gurunya. Senyum sang guru menghiasi wajahnya. Menenangkan sekali melihat pemandangan ini.  Aku teringat ketika aku seumuran anak itu. Dua belas tahun silam. Saat duduk di kelas dua sd. Setengah berteriak, guruku menuntun bacaan kami. Sembari menujuk tulisan arab di papan tulis; berisikan beberapa ayat dari surat an naba’. Ruang kelas kami yang sempat gaduh itu kembali tenang. Bu Itho’ah, guru tahfidz kami dengan tegas meminta kami menirukan bacaanya. “Amma yatasaalun Aninnabail Adzim” dengan penuh semangat kami berdua puluh lima mengikuti bacaan tersebut.  Berkali kali kami baca. Hingga terangkailah bacaan dalam pikiran, sampai mampu melantunkan tanpa membuka al quran.  Ah… mengharukan sekali mengingat masa itu. Ketika awal menghafal Al Qur’an bersama teman-teman. Berteriak kencang melafalkan juz tiga puluh.  De...

Hatiku Berlabuh Padanya

Gambar
Rasa itu kembali menyapa. Setelah sekian lama tak hadir, ku akui sekarang bahwa hatiku berlabuh padanya. Perasaan berbeda yang jarang kutemui dengan yang lain. Namun sejak beberapa bulan terakhir ini, ia menguasai pikiranku, membuatku tak mampu berpisah jauh darinya.  Pernah suatu hari aku terpaksa berjauhan dengannya. Kucoba tak terlalu memikirkanya, namunan nyatanya? Aku gagal. Lagi-lagi aku tak tahan berpisah dengannya terlalu lama. Seminggu tanpa melihatnya telah membuatku begitu rindu, terasa sesak di dada, pertanda  ingin segera melihat dan berjumpa dengannya.  Memang, dia nggak begitu cakep. Apalagi ketika disandingkan dengan yang lain, maka tampaklah jelas parasnya yang begitu sederhana. Tak terlihat pula pembawaannya yang menawan.  Namun aku tak peduli dengan hal tersebut, karena rasa nyaman membuatku melupakan segala kekurangan itu. Membuatku seolah-olah melihat semua yang ada padanya sebagai kelebihan. Ia rapi, meski tak mewah. Ia membuat nyama...

Berkah Pagi Itu

Gambar
Waktu berlalu begitu cepat. Kulirik jam dinding menunjukkan pukul delapan. Rupanya perkiraanku melesat jauh. Kupikir beres-beres dan berbenah setelah subuh mampu membuatku tidak terlambat berangkat ke kampus pagi ini.  Ya, semalem info di grup disampaikan bahwa kami harus sampai di kampus pukul 08.30 WIB. Saat sadar waktu masuk kelas tak lama lagi, aku lari terbirit-birit ke luar kos. Langit terlihat mendung pagi ini. Namun tak menyurutkan semangatku menuju kampus berjarak 29 km atau dengan jarak tempuh satu jam menggunakan motor.  Jalanan Jakarta pagi ini nampaknya tak begitu padat. Maklum, arah tujuanku Parung, Bogor. Berlawanan dengan orang pada umumnya; menuju Jakarta.  Tak heran bila kecepatan 60 km/jam bisa kutempuh untuk mengejar waktu yang tiggal sedikit itu. Angin lembut membasuh kulit ini. Terasa menyejukkan. Nyaman sekali mengendarai motor seperti saat itu. Tanpa macet, kulitpun tak tersengat matahari.  Kupicingkan mata. Terlihat UIN Syarif Hid...

Ibuku Resign!

Gambar
Aku mendegar percakapan serius Bapak dan Ibu sore itu. Diskusi panjang. Membuatku tak memahaminya. Yang kutangkap jelas hanyalah satu hal. Ibuku akan resign . Iya, dari obrolan serius kedua orang tuaku, ternyata Bapak meminta Ibu keluar dari pekerjaannya; sebagai pegawai negeri sipil.  “Keluar aja, biar nggak capek pergi pagi, pulang sore setiap hari; kecuali ahad.” Ucap Bapak terus membujuk Ibu. “ Eman-eman , sepuluh tahun lagi pensiun. Nunggu aja, biar dapat gaji pensiun tiap bulan.” Kudengar suara Ibu menapik kalimat Bapak. “Sepuluh tahun tuh masih lama banget. Mending sampean bantu aku buat gedein toko bangunan aja. Jadi fokus di sana.”  Diskusi panjang itu terus berlanjut. Aku,  remaja dua belas tahun saat itu, tak pernah mengerti obrolan orang dewasa. Selalu berat dan tak mudah untuk dimengerti.  Yang jelas, aku sangat senang dengan keputusan Bapak, Ibu harus resign!  Sebagai abg (anak baru gede) tentu sangat menyenangkan saat pulang sekolah ada sosok I...