Belajar Menerima

Oleh : Hanan Selma Awan terlihat gelap sore ini. Tak lama setelahnya rintik hujan mulai berjatuhan. Tercium aroma khas hujan, membuat suasana semakin menenangkan. Ya, bagiku hujan tak sekedar rintikan air yang membasahi jalanan. Lebih dari itu, hujan punya makna tersendiri bagiku. Bayanganku melayang, melesat ke masa lalu. Empat belas tahun silam di Kendal; kota kecil penuh kenangan. Sore itu, kami menempuh tiga puluh menit perjalanan dari desa Jatipurwo; tempat nenek kami menetap. Hujan deras mengguyur jalanan kecil beraspal. Kami bertiga; Mas Faris, Mas Zaki, dan Aku, duduk di motor yang dikendarai Ibu. Iya, Bapak sedang diluar kota saat itu. Hujan semakin deras. Tak henti-hentinya petir menyambar. Dibalik badan Ibu dan jas hujan kelelawar biru tua, kami bertiga berlindung. Meski begitu, tempias hujan tetap membasahi sebagian tubuh kami. Jalanan semakin licin, suasana desa makin gelap nan sepi, terlihat sangat menakutkan, membuat Ibu memutuskan untuk berteduh. Kami m...