Saat Merasa Kesal
Rasa-rasanya mengurus administrasi adalah hal yang tak menyenangkan bagiku. Antri panjang, menunggu lama, hingga alur yang tak pasti membingungkan seringkali membuatku kesal dan geram.
Hari ini contohnya, aku mendengus kesal atas ribetnya aktivasi ATM di salah satu Bank BUMN. Bukan, ini bukan tulisan curhat atas kekesalan ku, tenang aja hehe. Setengah jam lebih aku menunggu untuk dipanggil customer servis. Sesampainya di hadapan petugas customer servis, ternyata aku diminta untuk mundur kebelakang untuk datang ke teller dan menyetorkan uang.
Dalam hatiku, "kenapa Pak Satpam atau petugas nggak ada yang ngasih tau sih, padahal aku udah tanya tadi. Udah nunggu lama, eh diminta balik lagi" ucapku mendegus kesal dalam hati.
Aku memang perempuan biasa yang masih mudah dongkol dengan sesuatu yang kadang diluar ekspektasi. Masih merasa kesal dengan berbagai sitem yang belum rapi dan menyulitkan.
Ditengah kekesalan tersebut aku keluar dari bank, berniat mengambil uang cash di ATM terdekat untuk setor tunai di teller sebagai syarat aktivasi ATM Dornmant. Dan lagi, aku kembali menemui kendala. Uang cash tak bisa ditarik dari mesin ATM lantaran ada masalah dengan kartu ATM atau mesin ATM. Begitu juga dengan tarik tunai di Indomaret, tak juga bisa. Failed.
"Aaarrggghhhh" Aku semakin geram dan ingin menangis. Hanya diam coba menenangkan hati dan merasakan emosi yang hadir. Sungguh, ini semua jauh dari ekspektasi ku. Jauh dari kata lancar dalam mengurus aktivasi dan administrasi ini.
Aku mencoba mencerna semua yang terjadi. Diam berpikir untuk menenangkan diri, agar tak meledak-ledak atau menyalahkan siapapun yang akan membuat dosa-dosa semakin menumpuk banyak.
Dalam diam dan kekesalan yang mulai surut, aku teringat dua nasihat yang saling berkaitan dan melengkapi. Nasihat yang aku dengar dari kelas pelatihan dan sebuah buku karya Bu Euis Sufi.
Masalah adalah gap (celah) antara ekpektasi dengan kenyataan/realita. begini nasihat seorang coach dalam pelatihan Kubik Leadership.
Dilengkapi pula oleh pengetian masalah dalam kecamata islam.
Masalah merupakan sesuatu yang mendekatkan kita pada apapun yang Allah benci, medekatkan pada kemurkaan Allah. Karena jika semua kejadian tak menyenangkan dianggap masalah, rasanya terlalu menyita pikiran dan perasaan sehingga sangat melelahkan. Masalah terbesar yang harus benar-benar dipikirkan adalah kita belum pasti masuk surga. tulis Bu Euis Sufi dalam Buku Hikmah yang Terserak.
Aku sepakat akan dua pengertian masalah tersebut. Namun perihal sabar dan hal hal tak terduga dalam kehidupan, rasanya lebih tepat saat menggunakan pengertian masalah menurut Bu Euis Sufi. Bahwa kejadian tak menyenangkan tak terduga itu bukan masalah jika memang dari kejadian tersbut kita jadi belajar sabar, belajar ikhlas, jadi lebi banyak dzikrullah dan menghapuskan dosa-dosa kita. Bukankah itu berkh dan kebaikan....
Namun dalam konteks pekerjaan dan profesionalitas, tentu pernyataan perama mengenai masalah tentulah lebih tepat, supaya bisa improvement.
Setelah mengingat nasihat dari Bu Euis tersebut secara perlahan dongkol ku sirna. Mencoba menerima bahwa memang terkada ada hal-hal tak mulus dan tak tertebak yang harus dihadapi dengan tenang. Kalo kesel diawal wajar, tapi mencoba tetap tenang adalah jalan terbaik.
Insight siang ini.
At Semarang, 4 April 2023
Komentar
Posting Komentar