Awalnya Terpaksa, Akhirnya Terbiasa
Dua hal yang buat ku mudah, tapi sulit bagi sebagian orang, yakni menahan hubungan khusus (tdk chat dgn non mahrom jika tdk perlu, tidak menjalin komitmen atau hubungan khusus yg dilarang syariat) dgn non mahrom selagi blm ada ikatan halal dan menghindari lagu yg tdk islami yang makna nya cinta cintaan, atau makna kesia siaan.
Bukan bermaksud lebih baik dan sombong. Bukan.... Justru aku ingin bercerita bagaimana mulanya aku bisa menahan dua hal tersebut.
---
Jadi gini, aku sama seperti banyak pemuda/i lainnya. Senang bersosialisasi, berteman, dan bercanda ria dengan siapapun, tak terkecuali lawan jenis.
Saat usia SD, SMP pun aku selalu berteman dengan siapapun tanpa melihat siapa dia dan apa gender nya. Saat usia SMP pun, aku terbiasa bercanda ria dengan semua kawan ku, baik secara langsung maupun melalui platform digital (Facebook dan WA)
Begitu masuk SMA, semuanya harus berubah. Aku yang terbiasa cair, ngobrol, chat dengan siapapun, termasuk lawan jenis kala itu harus men-stop semua kebiasaan ku tersebut.
Ya, sekolah ku banyak aturan. SMA ku memang sekolah Islam berasrama, dan saat itu aku baru tahu bahwa begitu banyaknya aturan di SMA tersebut.
"Tidak boleh chat dengan lawan jenis, baik saat di rumah atau dimanapun, tidak boleh menjalin kedekatan dengan lawan jenis. Tidak boleh memutar dan mendengarkan lagu jahiliyah (lagu yang ga islami liriknya)" begitu ucap salah seorang guru pada kami saat MOS.
Saat mendengar banyaknya aturan yang dibacakan itu, aku sontak kaget dan menolak dalam hati.
"Apa apaan, aneh banget sih aturan, masa chattingan sama temen aja ga boleh, lagian kan temen biasa, toh chattingan ya ga aneh aneh, malahan saling ngingetin dalam kebaikan, bukan hubungan khusus seperti pacaran. Ada aturan ga boleh denger lagu jahil lagi, aneh ih. Biasa aja lah, lebay deh aturannya" ucapku dalam hati.
Kesal tentu hadir dalam hatiku. Aku yang saat itu belum paham makna dari aturan itu, sontak marah dan ingin meledak protes.
Kutahan semua rasa kesal ku itu. Aku berusaha diam sembari berpikir, kenapa aturan semacam itu dibuat.
Beberapa bulan setelah resmi menjadi anak SMA, aku sudah bergabung menjadi sub divisi OSIS bagian keamana ketertiban yang punya tugas untuk menengakkan aturan yang berlaku. Meski begitu, sayangnya aku belum juga paham makna dari larangan dan aturan² tersebut.
Desember ditahun pertama sebagai anak SMA, adalah waktu yang ditunggu, yakni libur pertama kali. Bisa pulang menemui orang tua dan mendapat kebebasan tanpa ada pengawasan ketat serta hukuman dari guru dan mbak² OSIS.
Sebagai anak asrama yang tak pernah pulang dan berselancar di internet, tentu hp adalah salah satu barang yang paling dirindukan saat itu.
Kubuka Facebook messenger ku dan kubuka nama seorang kawan diskusi ku yang merupakan seorang Ikhwan. Saat itu aku menyapanya, sambil bertanya bagaimana kabar dan sekolahnya. Kami memang sempat dekat semasa sekolah dulu, tapi karena melanjutkan ke SMA yang berbeda, dan sekolah kami sama² SMA Islam berasrama, rasanya tak mungkin chat tak penting semacam ini terus dilanjutkan.
Meski aku sempat kesal atas aturan ini, namun saat mengingat tanggung jawab ku sebagai sub divisi keamanan OSIS yg harus menegakkan aturan yang berlaku, termasuk aturan tak chattingan dengan lawan jenis, maka memutus hubungan chat tak penting dgn semua kawan non mahrom ku, adalah jalan yang harus kuambil.
Tentu berat dan sesak. Namun aturan tetaplah aturan. Mengikuti aturan dan menjalankannya adalah kewajibanku sebagai murid dan anggota sub div keamanan OSIS.
Setelah memutus hubungan chat tersebut, tiba² aku menemukan pesan dalam sebuah konten islami di internet yang berisikan sebuah larangan chat antara ikhwan akhwat jika tak ada perlu, meskipun mengingatkan dalam ibadah dan kebaikan. Karena hal itu adalah cara setan untuk menjerumuskan seorang muslim pada perbuatan yang mendekati zina. Dari chat, timbul perasaan, dari perasaan timbul pikiran pikiran dan terbayang bayang, setalah terbayang lantas membuat hubungan semacam pacaran, dan terjadilah pacaran. Kalaupun bukan pacaran, hubungan yang tak halal dan keluar syariat. Dan begitulah seterusnya.
Membaca tulisan tersebut, aku langsung tersadar dan paham tentang makna aturan sekolahku yang melarang muridnya chat dgn lawan jenis.
Setelahnya, aku kembali menemukan sebuah konten di Facebook ku, yang telah lama ku simpan.
Begini tulisannya, "lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, dari pada kehilangan Allah karena sesuatu" tulisan itu benar benar menguatkan ku kembali.
Tak apa kehilangan teman chattingan dan berbagi cerita. Asal ga kehilangan Allah. Bismillah no chattingan dgn lawan jenis.
Dari situlah aku mulai berazam untuk tidak bercanda berlebihan dgn lawan jenis, dan chat dgn non mahrom jika tak ada keperluan mendesak.
Setelah masa itu, aku benar benar berusaha memegang teguh perkataan guru ku untuk tidak chattingan dengan non mahrom. Selain karena amanah ku ditahun ke dua sebagai kepala divisi keamanan ketertiban OSIS yang harus memberikan contoh baik dan benar benar menjalankan aturan, dari situlah aku semakin teguh dengan makna menjaga diri tersebut, dengan tidak chattingan dgn non mahrom jika tak ada keperluan penting.
Soal lagu? Ini juga larangan di sekolah kami. Tak boleh mendengarkan lagu jahiliyah yang maknanya kesia siaan atau lagu cinta cintaan. Selepas dari SMA, aku yang memutuskan untuk menghafal Alquran secara intens pun mendapati bahwa Al Qur'an tak bs dicampur adukkan dengan lagu jahiliyah yang makna dan musiknya mengandung kedua siaan. Bahwa seorang penghafal Al Qur'an harus menjauhi dari kesia siaan, termasuk musik yang tidak ada nilai kebaikan dan liriknya yang tak sesuai dgn nilai Islam.
Dua hal tersebut, menjadi kebiasaan yang berusaha kupegang teguh, sebagai usaha untuk penjagaan diri dan hati.
Awalnya sulit dan terpaksa, lama lama terbiasa.
Sedikit cerita bagaimana aku semakin memahami soal aturan syariat yang kini menjadi pedoman hidup ku, yang benar benar membuat hatiku tentram dan tenang.
Buat temen temen, kebaikan awalnya emg harus dipaksa, sembari terus memahami makna dan tujuannya, lama kelamaan akan terbiasa dan menjadi habit.
Jadi, latih meski terpaksa, pertahankan agar menjadi kebiasaan positif.
Tips singkat gimana membangun habit baik:
1. Pahami, pelajari makna dan tujuan suatu kebaikan tersebut.
2. Tanamkan dalam diri hukum sebab- akibatnya. Kalo aku melakukan aku akan dapet bla bla bla. Kalo aku telat akan bla bla bla.
Contoh:
Kalo dateng terlambat: aku akan malu, ga dipercaya, integritas menurun, performa jelek.
Kalo dateng awal waktu: tenang, bahagia, well perform, integritas terjaga.
3. Lakukan sedikit dan perlahan, lantas tingkatkan secara konsisten (teknik kaizen)
4. Yang paling penting, DOA
Minta ke allah agar dimampukan dan diberi hidayah agar ringan dalam melaksanakan kebaikan
Kebaikan dan syariat Islam tuh menentramkan dan menenangkan kok. Jalani aja, kalo Islam udh larang dan perintah, pasti kebaikan akan kita dapat.
Percaya deh, yakin ya.
Aku masih punya banyak kekurangan, saling mendoakan ya.
Semoga kebiasaan baik lainnya terus dipegang teguh dan istiqomah dlm diri kita. Yuk bisa yuk.
Bogor, 6 Maret 2022
Hanan Wijdan Amalia Selma
Komentar
Posting Komentar